Terbit di Harian Indo Pos, 15 Januari 2007.
* Menengok Komunitas Sepeda Gunung (Mountain Bike), Mogend di Depok
Anggota Baru ada yang Pingsan, Pergi ke Kantor Gunakan Sepeda
Awalnya sekedar hobi bersepeda gunung, lantaran banyak yang tertarik, maka dibentuknya komunitas. Itulah salah satu kelompok sepeda gunung asal kota Depok, Mogend (Modal Genjot Doank). Bagaimana aktifitas mereka?
J. Armanto, KOTA DEPOK
SESUAI dengan nama kelompok Mogend Cylist Community (MCC), maka para anggotanya tak perlu khawatir harus memiliki sepeda gunung yang mahal dan bagus. Toh sepeda apa saja bisa ikut bergabung. Bahkan tak kenal batas usia. Yudi Dendi, 39, koordinator MCC mengatakan, komunitasnya lahir dari kesamaan hobi bertepatan pada HUT RI pada 17 Agustus 2006. Kebetulan para pehobi sepeda banyak yang tinggal di wilayah Cimanggis. Nah sebagai markas dipilihlah kediaman Yudi di Jalan Wijaya Kusuma C-VIII No 15, Perumahan Kopassus Pelita I, Sukatani, Cimanggis, Depok.
”Dari situlah kami sepakat membentuk komunitas sepeda gunung. Sampai saat ini para anggotanya sudah puluhan orang dari berbagai latar belakang. Mulai dari karyawan swasta, pegawai negeri, anggota TNI/Polri, dokter, mahasiswa, wartawan, dan sebagainya,” ujarnya, kemarin.
Aktifitas rutin yang dilakukan MCC dilakukan setiap Sabtu dan Minggu pagi. Bahkan terkadang menjajal pada malam hari hingga dinihari. Mereka biasa menggunakan jalur kampung dan menelusuri tepi jalan tol Jagorawi.”Kebetulan medan wilayah Cimanggis dan kabupaten Bogor banyak mendukung untuk jalur sepeda gunung. Jadi para anggota tidak merasa bosan. Setiap kali kita jalan selalu mencoba medan baru,” ujarnya yang saat itu didampingi rekannya, Rizal dan Tumpas.
Rute yang biasa digunakan memang tanjakan, terjang, dan jalan tanah atau wilayah kampung. Rute yang diambil diantaranya seperti Sukatani-Bojong Nangka-Wana Herang-Bukit Golf, Sukatani-Cimatis-Leuwinanggung-Wana Herang (Bojong Nangka)-Palapa-Gunung Putri-Kelapa Nunggal- Cileungsi (Taman Buah Mekarsari), menelusuri tol Jagorawi hingga puncak dan sebagainya. ”Jarak tempuh yang cukup jauh biasanya memakan empat sampai delapan jam. Beratnya medan, membuat anggota baru ada yang pernah pingsan,” kata Yudi.
Rutinitas Sabtu dan Minggu rupanya tak hanya patokan. Beberapa anggota ada yang nekat pergi ke kantor dengan bersepeda ria (bike to work) seperti yang dilakukan Yudi. Setiap Jumat dia pergi ke kantor di bilangan Tanah Abang dengan sepeda. ”Untuk sampai di kantor biasanya memakan waktu sekitar 1,45 jam. Karena itu, saya harus berangkat pagi-pagi sekali,” ujarnya.
Sama halnya dengan Budi yang berangkat ke kantor di Muara Karang dengan sepeda seminggu sekali. Waktu yang dibutuhkan sekitar dua jam. Kemudian Lili yang ngantor di Kebon Jeruk sekitar dua jam, Daud di Plaza Bapindo sekitar 1,45 jam, Supri di kawasan Sudirman sekitar 1,30 jam, Wawan di Kalibata satu jam, dan sebagainya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar