Selasa, 21 Oktober 2014

Miris, Patok KM 0 Masih Jadi Tempat Sampah, (Sabtu-18 Oktober 2014)

Siapa yang tak kenal KM 0, Bojong Koneng, Bukit Sentul, Kab Bogor, Jawa Barat? Bagi para goweser di kawasan Jabodetabek, lokasi itu sudah tidak asing lagi. Terkadang KM 0 menjadi ajang uji nyali para pesepeda. Di titik itu pula setiap pengayuh pedal ditantang kemampuannya mencapai ketinggian 660 mdpl (meter di bawah permukaan laut). Yap, meski jalan aspal, tapi KM 0 memang mayoritas medannya tanjakan. Jadi tak jarang para pegenjot harus mengeluarkan power ekstra untuk menempuh jarak belasan kilometer. 

            Jika sudah sampai titik KM 0, rasa lelah bisa terbalaskan. Kita bisa istirahat di warung-warung yang tersedia di sana. Beragam makanan ringan dan sejumlah buah-buahan pun bisa dinikmati seperti kelapa muda, pisang, dan cemilan lainnya.

            Namun ada yang miris. Ternyata patok KM 0 yang berada di pertigaan jalan masih menjadi tempat sampah. Kondisi itu sangat tidak sedap di pandang mata. Padahal biasanya clue itu bisa menjadi moment yang indah untuk diabadikan bersama para goweser melalui kamera. Sama halnya ketika naik gunung. Saat mencapai puncak, tentu tulisan atau plang ketinggian gunung paling dicari untuk diabadikan sebagai tanda keberhasilan dalam pendakian.

            Sebenarnya, dalam perjalanan pada Juni lalu sempat melihat patok KM 0 sudah jadi tempat sampah. Entah kapan lokasi itu mulai dijadikan tempat pembuangan plastik, dan barang bekas lainnya. Saat itu memang malas untuk mengabadikan melalui kamera. Karena ya itu tadi, tak elok di pandang mata. Tapi dalam perjalanan Sabtu (18/10/2014) lalu wajib untuk diabadikan.

Nah perjalanan diakhiri dengan menyantap sate di kawasan Sentul, yaaamiii…Ehh dalam gowes kali ini nyang ikut genjot di antaranya Mas Ghiri, Pak Panca, Aki, Aa Dahlan, dan djoeniE…

Dah yeee…

Regards

djoeniE















Rabu, 15 Oktober 2014

Mempercepat Tempo Permainan. (Sabtu-11 Oktober 2014)



Menyadari beberapa hari lalu suhu panas di Jakarta dan sekitarnya, termasuk Depok dan Bogor terasa puaannasss sekali, maka tak salah tempo permainan dipercepat dari biasanya. Jika rutinitas maen sepeda mulai sekitar jam 07.30-08.00 dan kelar kisaran pukul 12. 00 siang atau SMS/BBM ke anak-anak “Sokjokpuljem (besok genjot kumpul jem) 07.30”, maka Sabtu (11/10/2014) lalu, gowes dimulai sekitar pukul 06.00WIB lewat dan selesai sekitar jam 09.30 WIB.

Rentang waktu tersebut tentu untuk menghindari hawa panas yang mendera selama gowes. Soalnya, jam-jam 09.00 dan 10.00, terik matahari sudah terasa banget. Meski tempo permainan cepat, toh trek yang dijalani tak membosankan, malah dianggap eksotik. Pasalnya, perjalanan melewati daerah perkampungan, kebun sengon, ilalang, pinggir Kali Cikeas, trus lewatin jembatan, dan sebagainya. Rute salah satunya melalui jalur Japingkal. Di tengah perjalanan ketemu om Pri dan Om Amin. Nah yang maen waktu itu lumayan banyak.Cuma satu-satunya cewek adalah Mbak Pur. Strong girl sampe ngangkat-ngangkat sepeda segala waktu tanjakan pasca jembatan bambu.

Ooo iya Sabtu lalu ternyata suhu udara berada pada kisaran 37 derajat celcius. Angka itu termasuk ekstrem karena normalnya sekitar 31-33 derajat celcius. Sebagai bahan referensi ini ada beberapa pemberitaan terkait suhu panas di Jakarta dan sekitar beberapa hari lalu. Tapi alhamdulillah, kondisi puaannass itu ternyata transisi ke musim hujan. Jadi tidak berlangsung lama. Pertengahan Oktober 2014 bahkan hujan sudah turun dengan didahului di Depok, Jakarta Selatan…


http://news.detik.com/read/2014/10/12/122554/2716417/10/kata-bmkg-ini-penyebab-suhu-jakarta-panas-terik


http://www.republika.co.id/berita/koran/kesra/14/10/10/nd7pwb44-bmkg-menjawab-penyebab-cuaca-panas


ok udah dulu yeee…


djoenie