Selasa, 23 September 2014

Kala Ketemu Kalajengking (Sabtu-20 September 2014)




 Tiap kali sepedaan terkadang ketemu hal-hal unik dan menarik. Ini tak hanya manusia dan alamnya, tapi juga flora fauna-nya. Jika sebelumnya ketemu ular mati kelindes kendaraan (sedih juga sih) trus Biawak di lapangan Golf Jagorawi (yg ini fotonya blum di-up load). Kini giliran ketemu Kalajengking atau bahasa kerennya Scorpio lagi nyebrang jalan. Nah karena bisa membahayakan satwa berbisa ini, trus kita bantuin nyeberangin deh. Berikut tentang Si Kalajengking yang dikutip dari Wikipedia…


Kalajengking

Kalajengking adalah sekelompok hewan beruas dengan delapan kaki (oktopoda) yang termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Kalajengking masih berkerabat dengan ketonggeng, laba-laba, tungau, dan caplak. Ada sekitar 2.000 jenis kalajengking. Mereka banyak ditemukan selatan dari 49° U, kecuali Selandia Baru dan Antartika.

**************

Karakteristik fisik

Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua segmen yakni, cephalothorax dan abdomen. Abdomen terdiri dari mesosoma dan metasoma. Arachnoidea


**************

Racun kalajengking

Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan.

Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah Androctonus australis.
Asal-usul kalajengking

Kalajengking purba muncul pada pertengahan Masa Paleozoikum, kira-kira 400 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan kalajengking pada umumnya, bentuk kalajengking purba lebih sederhana. Tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas yang terlindung cangkang tipis. Perbedaan lainnya adalah ukuran tubuh beberapa jenis kalajengking purba yang mencapai 100 kali ukuran kalajengking masa sekarang, 2 hingga 3 meter. Selain itu, kalajengking purba juga hidup di air.


**************

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Upafilum         :           Chelicerata
Kelas               :           Arachnida
Upakelas         :           Dromopoda
Ordo                :           Scorpiones
C. L. Koch, 1837

**************

Superfamilia

Pseudochactoidea
Buthoidea
Chaeriloidea
Chactoidea
Iuroidea
Scorpionoidea


Dah yee…








Kamis, 11 September 2014

Dari Perjalanan Sabtu Lalu (6 September 2014)



Sebelumnya mohon maaf baru bisa upload foto-fotonya sekarang (Jumat-12 Sep 2014). Dalam perjalanan kali ini, foto-foto diambil dari kamera Om Budi. Rute gowes masih sekitar Depok dan Bogor, salah satunya melalui Japingkal (Jalur Pinggir Kali) dan melewati jembatan bambu di Sungai Cikeas hingga ke basecamp Romod (Rombongan Modal Dengkul). Nyang genjot kali ini di antaranya Om Pri, Aki, Om Budi, Om Aep, Om Gaper, Om Arief, Om Mar…

Dah yee…

djoeniE 



















Kamis, 04 September 2014

Ular Tergilas dan Becek (Sabtu: 30 Agustus 2014)

Sejak awal genjot bareng pada tahun 2006 lalu, sudah beberapa kali ditemukan adanya ular yang mati tergilas kendaraan di jalanan aspal. Entah beberapa ekor yang sudah tak bernyawa. Mungkin puluhan, bahkan mungkin pula ratusan ekor. Ironis memang, habitat mereka yang dulu sangat terlindungi dan asri, kini sudah terjamah perkembangan zaman.

Akibatnya hidup satwa itu menjadi terancam. Seperti saat gowes di kawasan Gunung Putri, Kab Bogor pada Sabtu (30/8/2014) lalu, ditemukan seekor ular dalam kondisi nyaris gepeng dengan isi perutnya keluar. Setidaknya dengan kematian itu, maka semakin minimlah volume ular di bumi ini yang bisa mengganggu mata rantai kehidupan.
            
            Back to genjot, rute Sabtu kemarin ngak jauh-jauh amat, masih kisaran Depok-Kabupaten Bogor. Tapi karena cuaca malam sebelumnya kurang mendukung alias turun hujan, akibatnya jalur-jalur offroad jadi becek. Terpaksa ban kudu rajin-rajin dibersihin dari gumpalan tanah. Kalo dipaksa’in bisa fatal. Setidaknya, RD bisa patah seperti pengalaman doeloe2 ada yang terpaksa pake ojek untuk pulang ke rumah.

Oo iya dalam perjalanan pulang, ban sepeda Aki Slamet kena paku kecil yang udah berkarat. Beruntung  doski bawa ban cadangan. Tinggal lepas, ganti, jalan lagi deh. Trus perjalanan muter-muter kemarin bisa ngantongin sekitar 30 km. Udah ya. Ntar nyambung lagi….

Regard

djoeniE