Sebagai penutup bulan Februari 2015, agenda kawan-kawan kali ini melakoni kembali perjalanan ke Gunung Pancar. Sama halnya dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya, gunung yang terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu sudah beberapa kali dijadikan lokasi tujuan bersepeda rekan-rekan MogenD.
Hanya saja karena sudah cukup lama
tidak ke sana, jadi beberapa lokasi di dekat Gunung Pancar telah mengalami
perubahan mulai kondisi jalan, padatnya perumahan, lalu lintas, dan sebagainya.
Nah yang genjot kala itu di antaranya Bang Atrial, Bang Ghiri, Pak Slamet “Aki”,
Bang Andi, dan djoeniE.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 07.00
WIB dari Cimanggis (Tapos), Depok dengan menyelusuri sisi Tol Jagorawi. Selama
perjalanan sempat was-was kalau mendadak hujan turun. Pasalnya, cuaca saat itu
mendung. Akhirnya dicoba untuk membeli jas hujan kresek ceban---seharga Rp 10
ribu---yang dianggap praktis di minimarket. Sayangnya sudah beberapa toko disinggahi,
toh tak ada satu pun yang menjual jas hujan kresek. ”Habis pak,” ujar salah
seorang karyawan toko Indomaret di Cibinong.
Perjalanan lantas dilanjutkan
kembali. Dalam pikiran kawan-kawan, paling kalau hujan yang mesti diamankan barang-barang
penting seperti dompet, HP, dan sebagainya. Barang-barang itu harus dimasukkan
ke dalam plastik yang sudah disediakan.
Di sisi tol Jagorawi, Bang Atril
sempat terjatuh lantaran bannya terselip di antara rerumputan basah dengan
kondisi kontur naik turun. Namun accident kecil tak berakibat fatal, sehingga
perjalanan bisa dilanjutkan. Kecelakaan kecil kembali dialami Bang Atrial saat melintasi
belokan tajam dengan jalan berlumut. Namun dengan sigap, Bang Atrial bisa
langsung bangkit.
Di tengah perjalanan, kawan-kawan
memutuskan singgah di warung makan untuk sarapan pagi. Usai menyantap beragam
menu, genjot dilanjutkan dengan menelusuri kawasan Sentul. Di tengah perjalanan sempat istirahat sejenak lantaran
perut yang masih kenyang mengakibatkan mual jika dipaksakan gowes. Apalagi kontur
jalan menanjak.
Mendekati
Gunung Pancar yang memiliki ketinggian 300-800 mdpl, pedal
sepeda tak lagi dikayuh. Betapa tidak, jalur tanah bercampur bebatuan yang tak rata
dan semakin meninggi membuat sepeda terpaksa dituntun. Meski ada beberapa rekan
mencoba untuk menaiki sepedanya, namun tetap saja di beberapa titik harus menuntun
kembali.
Di sekitar hutan pinus dengan kontur
menanjak, djoeniE dan Bang Ghiri yang memaksa genjot mendadak mengalami kram
pada pahanya. Beruntung ada obat kram, sehingga bisa diredam beberapa saat.
Tiba di sebuah warung dengan
bale-bale dari kayu, di situ pula rekan-rekan mengakhiri perjalanannya. Dengan memesan
kelapa muda utuh, kawan-kawan melepas lelah sambil mengobrol. Tak berlangsung
lama, diputuskan pulang mengingat hari sudah
semakin siang.
Tanpa disangka, dalam perjalanan
pulang dengan melalui jalan aspal yang menurun, Aki terjatuh lantaran ban
depannya mendadak pecah. Saat itu yang mengetahui accident hanya Bang Ghiri dan
Bang Andi. Sementara Bang Atrial dan djoeniE sudah terlebih dulu turun.
Melalui komunikasi HP diketahui ban
depan sepeda Aki kempes dan pecah, rem depan juga sempat error. Beruntung Aki
tidak mengalami luka parah, hanya dengkulnya saja yang lecet. ”Kejadian jatuh
tadi parah,” kata Aki mengisahkan setelah kembali bertemu rekan-rekan.
Perjalanan pulang dilanjutkan lagi. Rombongan
sempat terpisah di kawasan Cibinong. Namun dapat kembali bertemu di Warung Asem
sembari makan sore. Kebetulan saat itu sudah memasuki pukul 15.00 WIB lewat. Setelah
itu, genjot lagi dengan melalui kawasan Cikuda. Tapi tiba-tiba anting sepeda Bang Atrial patah di
sekitar perkampungan warga. Aki yang memang selalu membawa peralatan service
lantas mengganti anting yang rusak tersebut, sehingga kondisi sepeda kembali
utuh. Sampai memasuki kawasan Cimanggis/Tapos pukul 16.52 WIB, perjalanan tak
ada gangguan sama sekali. Dah dulu ya ceritanya. Ntar disambung lagi…
Regard
djoeniE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar