Senin, 19 Januari 2015

Dari Hujan Deras sampai Kawan (sempat) Hilang : Perjalanan ke Bendungan Katulampa Lagi (Bogor, Sabtu-17 Januari 2015)



 Memasuki awal tahun 2015, kawan-kawan mengambil rute perjalanan cukup jauh. Kali ini tempat yang dituju adalah Bendungan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat. Keindahan bendungan yang mulai dibangun pada zaman penjajahan Belanda atau sekitar 16 April 1911 itu memang kalau musim hujan seperti saat ini (Januari). Soalnya, debit air dalam kondisi meningkat, sehingga jika pintu-pintu bendungan dibuka, maka arus air akan terlihat deras keluar memasuki Sungai Ciliwung. Dari kecepatan dan deburan air turun mengenai bebatuan dibawahnya itu keindahan alam akan muncul. Sekadar diketahui, Katulampa ini juga menjadi barometer banjir di kawasan Jakarta. Jika debit air Katulampa meluap, bisa diprediksikan ibu kota terendam air.

            Sebenarnya rute menuju Bendungan Katulampa sudah pernah dilakoni sebagian kawan-kawan belum lama ini. Karenanya, digunakan rute yang sama untuk mengulangnya. Perjalanan yang dilakoni Mas Nur, Om Atrial, Mas Ghiri, Aa Dahlan, Aki Slamet, djoeniE, dan Arip itu di mulai sekitar 07.00 WIB dari kawasan pemukiman rekan2 di Sukatani, Tapos, Kota Depok. Gowes lebih banyak menyisir sisi Tol Jagorawi.

            Nah karena malam sebelum perjalanan kawasan Depok dan Bogor hujan, maka track tentu saja menjadi basah. Kondisi itu sangat terasa saat memasuki areal Cikuda yang rutenya off road. Tanah yang basah membuat ban-ban sepeda menjadi bergumul dengan tanah. Tak jarang ada sepeda kawan-kawan yang selip waktu melintasi jalur yang berlumpur. Dan akhirnya terpaksa harus membersihkan gumpalan tanah yang menyangkut di ban-ban mereka.

            Tapi semua problem itu bisa teratasi sejenak setelah istirahat dan membersihkan kondisi sepeda di Warung Asem, dekat pintu tol Karanggan, Bogor. Melalui slang air yang berada di rumah samping warung, sejumlah rekan-rekan lantas bergantian membersihkan selaan sepeda yang tersangkut tanah. Usai membersihkan sepeda, perjalanan dilanjutkan hingga memasuki Cibinong menuju ke arah Sentul.   

            Di perjalanan, salah seorang rekan, Arip merasakan dadanya nyesak. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Dia pun masih bisa melanjutkan perjalanan. Sebelum memasuki Sentul Convention Center (SCC), hujan turun. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk mengisi perut yang sejak pagi belum terisi. Dipilihlah Warung Nasi Pecel Madiun Bu Iin. Setelah hujan reda dan terasa kenyang, perjalanan kembali dilanjutkan.

            Di kontur jalan yang sedikit menanjak, kaki Arip sempat merasakan kram. Rekan-rekan pun terpaksa istirahat untuk memulihkan kondisinya. Aki Slamet yang membawa obat kram sempat membalurkan ke kaki Arip. Hingga akhirnya, perjalanan sampai juga ke Bendungan Katulampa.

            Sejenak menikmati keindahan bendungan yang selesai pembangunannya pada awal Oktober 1912 itu. Sesekali kami berfoto ria dan istirahat melepas lelah di tengah rintik hujan. Di sela-sela itu, Arip yang belum lama gabung dibait Mas Nur masuk komunitas sepeda mogenD dengan disiram air dari bendungan. Setelah puas, perjalanan pulang dilanjutkan melalui jalan baru yang membelah Jalan Raya Katulampa menuju kawasan Warung Jambu. Di lokasi jalan baru itu, hujan lebat turun. Meski demikian, tidak menyurutkan kawan-kawan untuk mengayuh pedal sepeda.

            Terdapat insiden kecil yang sempat membuat panik. Kejadian ini juga menyebabkan rombongan kawan-kawan terpisah. Betapa tidak, pas arah pulang, Arip yang berada di barisan belakang ternyata menghilang. Itu disadari di pertigaan lampu merah pasca melintasi fly over pintu tol Ciawi. Mas Nur  dan djoeniE sempat balik arah mencari keberadaannya. Meski sudah diudek-udek, termasuk Mas Nur terpaksa menyewa tukang ojek, tapi hasilnya tetep saja nihil. Akhirnya diputuskan meninggalkan lokasi Bogor kembali ke rumah dengan melalui Jalan Raya Bogor yang relatif lebih cepat.

            Sebelumnya, Aki Slamet dan rekan-rekan lain (Om Atrial, Mas Ghiri, Aa Dahlan) yang terlebih dulu jalan menelepon dan mengabarkan kalau djoeniE dan Mas Nur ditunggu di suatu lokasi. Tapi djoeniE meminta agar Aki dan rombongan jalan saja dulu. Ini mengingat Om Atrial ada janji dengan orang sekitar jam 4 sore. Soalnya, diprediksi pencarian Arip akan memakan waktu lama. Akhir sebagian rekan-rekan jalan duluan dan sampai rumah lebih awal dengan melintasi Jalan Raya Bogor.

            Kloter terakhir (Mas Nur dan djoeniE) barulah sampai rumah sekitar pukul 15.30 WIB. Dan ternyata, Mas Nur mengabarkan via telepon kalau Arip sudah sampai rumah terlebih dulu. Dia memang karyawan yang bekerja di rumah Mas Nur. Syukurlah, soalnya sepanjang perjalanan pulang kita merasa khawatir kalau ada apa-apa dengan dia. Bahkan Mas Nur berencana balik ke Bogor untuk mencari dia lagi. Dia juga sempat berencana membatalkan kehadiran pernikahan anak buahnya pada malam hari. Selidik punya selidik, ternyata pas di lampu merah, Arip belok kiri dan langsung ke arah Warung Jambu tembus Jalan Raya Bogor. Sementara rute kawan-kawan setelah lampu merah lempeng alias jalan terus, baru masuk kawasan Warung Jambu dan menuju Jalan Raya Bogor ke Depok. Setelah semua dipastikan pulang, berakhir pula perjalanan yang mencapai 78 kilometer ini. Sampai bertemu di perjalanan berikutnya…


*Rekomendasi tentang Bendungan Katulampa bisa di klik di http://id.wikipedia.org/wiki/Bendung_Katulampa  

Regards

djoeniE

























































           

           


           
           
  


 







Tidak ada komentar: