Memasuki
awal tahun 2015, kawan-kawan mengambil rute perjalanan cukup jauh. Kali ini
tempat yang dituju adalah Bendungan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat.
Keindahan bendungan yang mulai dibangun pada zaman penjajahan Belanda atau
sekitar 16 April 1911 itu memang kalau musim hujan seperti saat ini (Januari).
Soalnya, debit air dalam kondisi meningkat, sehingga jika pintu-pintu bendungan
dibuka, maka arus air akan terlihat deras keluar memasuki Sungai Ciliwung. Dari
kecepatan dan deburan air turun mengenai bebatuan dibawahnya itu keindahan alam
akan muncul. Sekadar diketahui, Katulampa ini juga menjadi barometer banjir di
kawasan Jakarta. Jika debit air Katulampa meluap, bisa diprediksikan ibu kota
terendam air.
Sebenarnya
rute menuju Bendungan Katulampa sudah pernah dilakoni sebagian kawan-kawan
belum lama ini. Karenanya, digunakan rute yang sama untuk mengulangnya. Perjalanan
yang dilakoni Mas Nur, Om Atrial, Mas Ghiri, Aa Dahlan, Aki Slamet, djoeniE,
dan Arip itu di mulai sekitar 07.00 WIB dari kawasan pemukiman rekan2 di
Sukatani, Tapos, Kota Depok. Gowes lebih banyak menyisir sisi Tol Jagorawi.
Nah
karena malam sebelum perjalanan kawasan Depok dan Bogor hujan, maka track tentu
saja menjadi basah. Kondisi itu sangat terasa saat memasuki areal Cikuda yang
rutenya off road. Tanah yang basah membuat ban-ban sepeda menjadi bergumul
dengan tanah. Tak jarang ada sepeda kawan-kawan yang selip waktu melintasi
jalur yang berlumpur. Dan akhirnya terpaksa harus membersihkan gumpalan tanah
yang menyangkut di ban-ban mereka.
Tapi
semua problem itu bisa teratasi sejenak setelah istirahat dan membersihkan
kondisi sepeda di Warung Asem, dekat pintu tol Karanggan, Bogor. Melalui slang
air yang berada di rumah samping warung, sejumlah rekan-rekan lantas bergantian
membersihkan selaan sepeda yang tersangkut tanah. Usai membersihkan sepeda,
perjalanan dilanjutkan hingga memasuki Cibinong menuju ke arah Sentul.
Di
perjalanan, salah seorang rekan, Arip merasakan dadanya nyesak. Tapi hal itu
tidak berlangsung lama. Dia pun masih bisa melanjutkan perjalanan. Sebelum
memasuki Sentul Convention Center (SCC), hujan turun. Kesempatan ini
dimanfaatkan untuk mengisi perut yang sejak pagi belum terisi. Dipilihlah Warung
Nasi Pecel Madiun Bu Iin. Setelah hujan reda dan terasa kenyang, perjalanan
kembali dilanjutkan.
Di
kontur jalan yang sedikit menanjak, kaki Arip sempat merasakan kram.
Rekan-rekan pun terpaksa istirahat untuk memulihkan kondisinya. Aki Slamet yang
membawa obat kram sempat membalurkan ke kaki Arip. Hingga akhirnya, perjalanan
sampai juga ke Bendungan Katulampa.
Sejenak
menikmati keindahan bendungan yang selesai pembangunannya pada awal Oktober
1912 itu. Sesekali kami berfoto ria dan istirahat melepas lelah di tengah
rintik hujan. Di sela-sela itu, Arip yang belum lama gabung dibait Mas Nur
masuk komunitas sepeda mogenD dengan disiram air dari bendungan. Setelah puas,
perjalanan pulang dilanjutkan melalui jalan baru yang membelah Jalan Raya
Katulampa menuju kawasan Warung Jambu. Di lokasi jalan baru itu, hujan lebat
turun. Meski demikian, tidak menyurutkan kawan-kawan untuk mengayuh pedal
sepeda.
Terdapat
insiden kecil yang sempat membuat panik. Kejadian ini juga menyebabkan rombongan
kawan-kawan terpisah. Betapa tidak, pas arah pulang, Arip yang berada di
barisan belakang ternyata menghilang. Itu disadari di pertigaan lampu merah pasca
melintasi fly over pintu tol Ciawi. Mas Nur
dan djoeniE sempat balik arah mencari keberadaannya. Meski sudah
diudek-udek, termasuk Mas Nur terpaksa menyewa tukang ojek, tapi hasilnya tetep
saja nihil. Akhirnya diputuskan meninggalkan lokasi Bogor kembali ke rumah
dengan melalui Jalan Raya Bogor yang relatif lebih cepat.
Sebelumnya,
Aki Slamet dan rekan-rekan lain (Om Atrial, Mas Ghiri, Aa Dahlan) yang terlebih
dulu jalan menelepon dan mengabarkan kalau djoeniE dan Mas Nur ditunggu di
suatu lokasi. Tapi djoeniE meminta agar Aki dan rombongan jalan saja dulu. Ini
mengingat Om Atrial ada janji dengan orang sekitar jam 4 sore. Soalnya,
diprediksi pencarian Arip akan memakan waktu lama. Akhir sebagian rekan-rekan
jalan duluan dan sampai rumah lebih awal dengan melintasi Jalan Raya Bogor.
Kloter
terakhir (Mas Nur dan djoeniE) barulah sampai rumah sekitar pukul 15.30 WIB.
Dan ternyata, Mas Nur mengabarkan via telepon kalau Arip sudah sampai rumah
terlebih dulu. Dia memang karyawan yang bekerja di rumah Mas Nur. Syukurlah,
soalnya sepanjang perjalanan pulang kita merasa khawatir kalau ada apa-apa
dengan dia. Bahkan Mas Nur berencana balik ke Bogor untuk mencari dia lagi. Dia
juga sempat berencana membatalkan kehadiran pernikahan anak buahnya pada malam
hari. Selidik punya selidik, ternyata pas di lampu merah, Arip belok kiri dan
langsung ke arah Warung Jambu tembus Jalan Raya Bogor. Sementara rute
kawan-kawan setelah lampu merah lempeng alias jalan terus, baru masuk kawasan
Warung Jambu dan menuju Jalan Raya Bogor ke Depok. Setelah semua dipastikan
pulang, berakhir pula perjalanan yang mencapai 78 kilometer ini. Sampai bertemu
di perjalanan berikutnya…
*Rekomendasi
tentang Bendungan Katulampa bisa di klik di http://id.wikipedia.org/wiki/Bendung_Katulampa
Regards