Rabu, 16 September 2015

KAKI GUNUNG MERAPI: Pertemuan Tak Disengaja (DI Jogjakarta, Sabtu, 12 September 2015)

Sebuah Perjalanan Gabungan mogenD dan ente Jogja

Banyak kisah yang bisa diungkapkan dalam perjalanan antara kawan-kawan mogenD (Modal Genjot Doang) dengan eNTe (Nanjak Terus) Jogja ke kaki Gunung Merapi pada Sabtu (12 September 2015) lalu. Di antaranya pertemuan tanpa sengaja dengan Kapolda DI Jogjakarta Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen Pol) Erwin Triwanto di tengah kebun Salak. Sang kapolda bersama rombongan memang sedang turun dengan sepeda DH (Downhill)-nya.

             Dalam pertemuan itu, sebenarnya ada salah satu kawan mogenD yang sangat dekat dengan Kapolda. Adalah Om Atrial yang juga berpangkat Brigjen Pol. Meski Sang Kapolda kakak kelas dua tingkat di Akademi Kepolisian (Akpol), namun mereka pernah satu ruangan atau mejanya bersebelahan ketika masih berdinas di Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Polri. Kaget plus tawa pun pecah saat keduanya bertatap muka. Obrolan ringan sempat terjadi.

            Ketidaksengajaan juga dialami Om Ghiri. Soalnya, salah satu rombongan Kapolda terdapat pula Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Jogja Komisaris Besar (Kombes—kalau di TNI Kolonel) Hudit Wahyudi. Om Ghiri yang juga berpangkat Kombes merupakan satu angkatan di Akpol dengan Kombes Hudit. Kembali dialog santai terjadi di antaranya mereka. Tak mau kehilangan langka moment tersebut, sebelum melanjutkan perjalanan, kedua rombongan lantas foto bersama.

            Pertemuan tak sengaja berikutnya dengan Ny Ponirah saat kawan-kawan finish di Dusun Kinahrejo atau sebelah Barat Kaliadem, Jogjakarta. Perempuan 84 tahun ini merupakan istri (alm) Mbah Maridjan, kuncen atau juru kunci Gunung Merapi yang tutup usia akibat disapu wedus gembel atau awan panas erupsi Merapi pada 26 Oktober 2010 di kediamannya, Kinahrejo.

            Desa itu berada persis di bawah kaki Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.968 mdpl (meter di bawah permukaan laut). Akibat erupsi Merapi kala itu, turut tewas antara lain H Tutur Priyanto (Relawan PMI) dan Yuniawan Wahyu Nugroho (jurnalis Viva News). Mereka terjebak awan panas saat hendak mengevakuasi warga di Kinahrejo.
           

            Kesempatan bertemu dengan Ny Ponirah bisa dibilang langka. Sebab beliau tak sering muncul di bekas kediamannya yang kini menjadi lokasi wisata. Ny Ponirah sekarang tinggal agak di bawah dengan salah satu anaknya. Saat singgah ke bekas rumahnya, sesekali dia menatap bangunan itu. Dari raut wajahnya yang telah menua seolah mengingatkan kembali masa-masa hidup mendampingi (alm) Mbah Maridjan.

           Usai habis disapu awan panas, oleh pemerintah setempat, bekas rumahnya dibangun atap dan beberapa tiang pondasi dari kayu. Tampak pula sebuah papan kecil memanjang bertuliskan “Omahe Mbah Maridjan”. Sementara di dalamnya ada beberapa batu berbentuk nisan dengan sejumlah lembaran bunga. Di lokasi itu pula Mbah Maridjan yang tak mau turun saat abu vulkanik datang menghembuskan nafas terakhir dengan posisi sujud. Jasad Mbah Maridjan akhirnya disemayamkan di dekat makam leluhurnya, Dusun Srunen, Sleman, Jogjakarta, tak jauh dari Kinahrejo.

           Di atap depan rumahnya terdapat spanduk bertuliskan “Pepeling Mbah Maridjan”. “Ajining Manungso Iku Gumantung Ono Ing Tanggung Jawabe Marang Kewajibane". (Kehormatan Seseorang Dinilai dari Tanggung Jawab terhadap Kewajibannya).

           Selain rumah Mbah Maridjan terdapat pula dipajang sisa-sisa keganasan Merapi seperti perabotan rumah tangga, mobil jenis APV yang merupakan kendaraan evakuasi, dua motor milik warga, gamelan milik mbah Maridjan, dan sebagainya. 



Naik Turun, Naik Turun Lagi

Untuk melakoni perjalanan ke DI Jogjakarta dari Perumahan (Purn) Kopassus, Depok, Jawa Barat butuh memakan waktu tiga sampai empat hari, mulai Sabtu sampai Minggu/Senin atau 11-13/14 September 2015. Dengan menggunakan dua kendaraan, satu jenis Panther dan satu pick up untuk sepeda, kawan-kawan mogenD berangkat pada Jumat (11/9) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Kami tiba di Kota Gudeg sekitar pukul 22.00 WIB atau 15 jam perjalanan. Lamanya perjalanan lantaran di sejumlah titik kita terpaksa berhenti seperti di Brebes untuk menunaikan salat Jumat bagi yang muslim. Demikian pula daerah-daerah lain untuk salat Ashar dan Magrib. Selain itu, berhenti makan dan minum atau sekadar ngobrol melepas penat di beberapa lokasi.  

            Di samping bawa kendaraan, kawan-kawan lainnya menggunakan kereta api dan pesawat. Kami menginap di rumah om Gangsal Wirajati, yang merupakan adik Om Ghiri/Mbak Titis, tak jauh dari Polsek Pengasih. Setelah cukup tidur malam harinya, kemudian hari berikutnya, Sabtu (12/9) sekitar pukul 06.00 WIB kami beranjak ke titik kumpul di Tugu Yogyakarta (Pal Putih).  Di tugu yang terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo itu, kita bertemu dengan kawan-kawan eNTe Jogja sesuai kesepakatan.

            Dari lokasi tersebut dilanjutkan menuju Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Jogjakarta, persisnya di Markas Koramil dan Polsek Pakem. Kemudian kami menurunkan sepeda dari pick up. Dari situ pula perjalanan dimulai sekitar pukul 07.00 WIB. Seperti biasa sebelum berangkat kita berdoa dulu sesuai agama masing-masing.

            Rute diawali dengan medan onroad memasuki pedesaan. Kemudian berhenti sejenak di Embung (Bendungan) Pakembinangun. Di salah satu rumah warga di Desa Tritis, kami juga singgah sambil menunggu rekan-rekan yang lain. Yah di rumah itu pula, kawan-kawan pesta Salak Pondoh yang jumlahnya sebesar 10 kg dan teh manis untuk melepas dahaga dan lapar.

            Genjot dilanjutkan menuju kawasan perkebunan Salak. Di kawasan tersebut, kondisi sudah berdebu lantaran tanahnya berupa pasir gunung. Di areal itu juga kami bertemu dengan rombongan Kapolda DI Jogjakarta Brigjen Pol Erwin Triwanto yang sedang turun menggunakan sepeda DH.

             Setelah ngobrol sebentar, perjalanan dilanjutkan. Rute offroad ini sudah mulai agak lebih menanjak, sehingga beberapa kawan ada yang terpaksa menuntun sepedanya. Tanjakan masih dirasakan saat memasuki trek onroad dan memasuki perumahan warga. Hingga sekitar pukul 12.00 WIB, kami beristirahat dan makan siang di sebuah warung yang memang sering dijadikan titik kumpul para goweser, khususnya anak-anak DH. Usai makan, rekan-rekan muslim menunaikan salat Dzuhur di musala sebelah warung.  

             Di tengah perut kenyang, gowes kembali dilakoni dengan melalui rute tanjakan jalan aspal. Sampai akhirnya kami pun menemukan turunan tajam ke arah kali (sungai) yang sudah mengering. Di kali itu terlihat beberapa truk dan orang yang tengah menambang pasir.     

             Namanya main sepeda ke gunung, sudah pasti ada tanjakan, turunan, naikan, turunan lagi. Itulah yang dirasakan kawan-kawan mogenD dan eNTe Jogja. Setelah melintasi sungai, kita langsung dihadapkan dengan tanjakan ngehe (tajam) dengan kemiringan antara 150-160 derajat. Karena medannya curam mirip trek hiking (pendakian gunung), maka sepeda pun terpaksa digendong atau dituntun.

            Sampai di atas kami menemui Ruang Lindung Darurat Kaliurang. Ini merupakan salah satu bangker untuk melindungi warga dari erupsi Gunung Merapi.  Perjalanan dilanjutkan memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Di jalur itu kondisinya sudah berpasir. Selain tanjakan, kami pun harus menapaki rute turunan tajam. Di lokasi ini pula, kembali sepeda tak bisa digowes.

           Setelah itu, melintasi tanjakan dan turunan berbatu. Baru kami tiba di sebuah sungai yang airnya sangat jernih dan dingin. Air sungai ini langsung berasal dari Gunung Merapi. Untuk melintasi kali tersebut, terdapat sebuah jembatan yang terbuat dari beton. 

           Baru setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan jalur onroad di jalan aspal menuju Desa Kinahrejo. Tanjakan kali ini bisa dibilang panjang, nggak tahu berapa kilometer jauhnya, yang pasti ngos-ngosan. Beberapa kawan terpaksa ada yang berhenti di warung untuk sekadar beristirahat dan mencicipi makanan/minuman. Beberapa lainnya melanjutkan perjalanan ke atas.

           Di warung dekat gerbang masuk sejumlah rekan sempat berkenalan dan mengobrol dengan dua wisatawan asal Malaysia yang sudah lanjut usia. Dari gerbang masuk, tanjakan tak ada habis-habisnya hingga finish di kediaman (alm) Mbah Maridjan, Dusun Kinahrejo.  

            Selain melihat sisa-sisa kemurkaaan Gunung Merapi pada 2010, kami juga sempat foto bersama dengan Ny Ponirah, istri mendiang (alm) Mbah Maridjan. Kebetulan tiba di atas sudah memasuki pukul 15.00 WIB, rekan-rekan lantas menjalani salat Azhar di musala dekat kediaman (alm) Mbah Maridjan.

            Setelah dirasa cukup, lalu kita pulang. Nah perjalanan kali ini nikmat banget. Betapa tidak, trek turunan terus bro. Asyikkk…Meminjam ocehan AA Dede, “Jam segini sudah tidak boleh ada tanjakan” he he he…

            Sesampai di markas Koramil/Polsek Pakem sekitar pukul 16.30 WIB, kami pun langsung loading sepeda ke mobil pick up. Lelah, berkeringat, lapar, haus, senang, kesal lihat tanjakan, kaki/paha kram, dan sebagainya campur aduk menjadi satu. Namun semua itu menjadi kepuasan tersendiri bagi kawan-kawan saat finish dan kembali ke rumah masing-masing.           
           
           Perjalanan gabungan ini memakan jarak tempuh berkisar 40-50 km (ada beberapa titik tertentu yang tidak digowes alias sepeda digendong atau dituntun) dan waktu sekitar 8-9 jam. Adapun yang melakoni sekitar 17 orang. Dari mogenD sebanyak 10 orang di antaranya Om Atrial, Om Ghiri, Aki Slamet, Aa Dede, Aa Dahlan, Pasung, Aep, Iis, Gaverg, dan djoeniE.  Kemudian dari ENTe Jogja sebanyak tujuh orang antara lain Om Dewo, Tri, Tendi, Is, Novi, Agus, dan Iyandri. 

          Untuk mengakhiri perjalanan, kawan-kawan mogenD dan eNTe Jogja saling bersalaman. Kawan-kawan mogenD juga mengucapkan matur nuwun sanget alias terima kasih banyak kepada konco-konco eNTe Jogja yang sudah mendampingi perjalanan sampai di ketinggian sekitar 1.050 mdpl atau ke kaki Gunung Merapi.    


Special thanks juga atas partisipasinya : 
-          
      - Bang Nur (Kolonel TNI Muh Nur)
-          -  Captain Arief
-         -   Copilot Gamal
-          -  Om/Ny Gangsal Wirajati (Adik Om Ghiri/Mbak Titis)
-         -   ,Dan lain-lain yang nggak bisa disebutkan…









           


Tidak ada komentar: